Mengenal Oleoresin, Campuran Minyak Atsiri dan Resin
Pada waktu menyiapkan & menentukan bahan kuliner alami buat ditambahkan ke dalam kuliner, terdapat beberapa pemikiran tentang bentuk atau metode isolasi penambahan flavor menggunakan prinsip bisa disimpan pada rentang waktu usang, sampai bisa membuatkan produk yang didapatkan (Moyler, 1991).
Salah satu model bahan baku pembuat oleoresin merupakan rempah-rempah. Dimana rempah-rempah ini merupakan bahan output pertanian yang dipakai sebgai sumber-sumber gambaran rasa & aroma yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya kandungan oleoresin yg bisa meningkatkan citra rasa dan aromanya tajam atau spesifik.
Menurut Mucthtadi & Sugiyono (1989) menyatakan bahwa oleoresin ini terdiri dari atas 2 suku kata yaitu oleo dan resin. Dimana oleo diartikan sebagai minyak & resin diartikan sebagai damar. Sehingga oleoresin adalah campuran yang terdiri menurut minyak atsiri dan damar pembawa resin atau getah.
Pada biasanya oleoresin mempunyai bentuk cairan kental atau pasta. Dimana cairan ini memiliki bau & aroma persis menggunakan bahan bakunya. Dan pula cairan ini yang terdiri berdasarkan minyak atsiri yg gampang menguap, bahan-bahan resin atau getah yg tidak menguap dan bahan aktif lainnya yang terekstraksi dari rempah-rempah (Sthal, 1973). Serta cairan ini pada umumnya mempunyai rona coklat kemerahan hingga coklat kehijauan pada bentuk cairan yg kental.
Adapun beberapa kelebihan oleoresin ini dibandingkan dengan bahan bakunya itu sendiri yaitu mempunyai nilai lebih irit, lebih gampang dikontrol, lebih higienis, memiliki minyak atsiri berisfat flavor yg lengkap & stabil terhadap panas selama pengolahan makanan (Cripps, 1973).
Dalam proses pengolahan makanan secara generik dibutuhkan pemananas, sedangkan minyak atsiri merupakan bahan volatil yang dapat menguap & hilang bila dilakukan pemanasan dalam suhu yang tinggi & saat yg usang. Sehingga oleoresin mempunyai ciri-ciri yaitu tidak menguap pada jumlah yg akbar & akan terus memberikan rasa, walaupun minyak atsirinya sudah menguap (Cripps, 1973).
Adapun kualitas oleoresin dalam proses pelarut buat menghasil oleoresin yang baik yaitu memiliki kandungan minyak volatil 23-27 ml/100 gr dengan saran taraf penggunaannya 4% dan minyak volatil pada dispresi 0,92-1,08%. Sedangkan buat kandungan minyak volatil 65 mililiter/100 gram menggunakan saran tingkat penggunaannya 6% dan minyak volatil menggunakan disprersi 3,9%.
Salah satu rempah-rempah yg mampu menghasilkan oleoresin yatiu kulit kayu cantik. Dimana menurut Salzer (1975) menyatakan bahwa dalam proses evaluasi oleoresin kulit kayu anggun ini terjadi dimana proses pemisahan komponen volatil bisa dilakukan menggunakan memakai gas kromatografi yg dapat melindungi komponen minyaknnya seperti sinamaldehid, eugenol, dan benzal dehid.
Penutup
Oleoresin mempunyai karakteristik-karakteristik yaitu nir menguap dalam jumlah yg besar dan akan terus menaruh rasa, walaupun minyak atsirinya sudah menguap
Sekian artikel yg membahas tentang Mengenal Oleoresin, Campuran Minyak Atsiri & Resin, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber
Cripps, M. H. 1973. Spice Oleoresin : the Process, the Market and the Future. Pada dalam Procedding of the Conference on Spice Berk, Z. 1976. Bravermen's Introduction to the Biochemistry of Foods. Elsevier Publishing Co., Amsterdam.
Moyler, D. A. 1991. Oleoresin, Tinctures and Extracts. Pada dalam Ashurts, P. R. Food Flavoring. Blackie and Sons Ttd. London.
Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1989. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. DEPDIKBUD, Dirjen Pendidikan TInggi. PAU Pangan & Gizi IPB. Bogor.
Sthal, W. H. 1973. Oleoresin Quality Analysis - Fact or Fancy? Di pada Procedings of the Conference on Spices. Tropical Prosucts Institute, London.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan