Bahan Perekat Pelet Kayu

Pelet kayu adalah jenis bahan bakar padat berbasis limbah biomassa yang memiliki ukuran lebih kecil dari briket (Windarwari, 2011). Bahan tambahan perekat tapioka dan sagu merupakan bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pelet kayu karena mudah didapat, harganya relatif  murah dan dapat menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi serta tidak membahayakan dalam penggunaanya.

bahan

Penambahan perekat dalam pembuatan pelet kayu dimaksudkan agar partikel arang saling berikatan dan nir gampang musnah. Ditinjau berdasarkan jenis perekat yang dipakai, pelet dapat dibagi menjadi (Utami, 2017):

  1. Pelet yang sedikit atau tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran. Jenis perekat ini tergolong kedalam perekat yang mengandung zat pati.
  2. Pelet yang banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran. Jenis perekat ini tahan terhadap kelembapan tetapi selama pembakaran menghasilkan asap.
Perekat dari zat pati, dekstrin, dan tepung jagung cenderung sedikit atau tidak berasap. Sedangkan perekat dari bahan ter, pith, dan molase cenderung lebih banyak menghasilkan asap (Harloyo & Roliadi, 1978).

Perekat pati dalam bentuk cair mampu menghasilkan pelet kayu bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan kadar zat mudah menguap. Akan tetapi hal tersebut dapat  tinggi apabila menggunakan perekat molase (tetes tebu) yang mampu menghasilkan pelet yang sangat kuat dan baik mutu pembakarannya, akan tetapi berasap (Sudrajat, 1983).

Perekat kanji yang dari menurut tepung tapioka ditambah dengan air. Perekat umum digunakan menjadi bahan perekat pada pelet kayu, lantaran poly terdapat pada pasaran dan harganya nisbi murah. Pada pertimbangan lain bahwa perekat kanji dalam penggunaannya menimbulkan asap yg lebih sedikit dibandingkan bahan lain.

Akan namun perekat ini memiliki kelemahan yaitu sifatnya nir tahan terhadap kelembapan. Hal ini ditimbulkan tapioka memiliki sifat bisa menyerap air menurut udara. Kadar perekat dalam pelet tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu pelet kayu yang sering menyebabkan poly asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih berdasarkan lima% (Utami, 2017).

Penutup

Perekat tapioka memiliki kelemahan yaitu sifatnya nir tahan terhadap kelembapan. Hal ini disebabkan tapioka memiliki sifat dapat menyerap air dari udara.

Sekian artikel yg membahas mengenai Bahan Perekat Pelet Kayu, berguna bagi para pembaca.

"Salam Lestari"

Sumber :

Hartoyo, J., dan Roliadi, H. 1978. Pembuatan Pelet Kayu menurut Lima Jenis Kayu Indonesia. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Sudrajat, R. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa terhadap Kualitas Pelet Kayu. Pusat Penelitian & Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Utami, A. B. 2017. Kualitas Pelet Kayu Akasia Daun Lebar (Acacia mangium). IPB. Bogor.

Windarwari. 2011. Uji Kinerja Rotary Dryer menurut Efisiensi Termal Pengeringan Serbuk Kayu untuk Pembuatan Biopelet. Jurnal Teknik Kimia No. Dua, Vol. 21, April 2011.

Author : Lamboris_Pane

Editor : panehutan

Iklan Relaterd

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel