5 Sistem Dasar Bangunan Air terhadap Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
Kegiatan pembukaan wilayah hutan bertujuan buat mempermudah penaataan hutan, tindakan-tindakan pelatihan hutan (penanaman, pemeliharaan, penjarangan, pencegahan terhadap gangguan hutan) dan pemanenan output hutan terutama penyadaran & pengangkutan kayu. Dalam hal ini herbi adanya suatu bangunan air pada menjaga atau melindungi hutan menurut bala alam erosi.
Adapun 5 sistem dasar bangunan air terhadap aktivitas PWH, sebagai berikut (UNHAS, 2009).
1. Sistem Drainase Jalan
Menurut UNHAS (2009) menyatakan bahwa curah hujan yang lebat kecuali pada ketika yang singkat, seingkali adalah kasus utama bagi abrasi bagian atas jalan atau jua bagi dasar jalan, teristimewa bagi jalan yang melintang kanal atau jalur arus air. Dimana perkara erosi yg hebat pada kanal & dasar arus air pada wilayah cekungan yg lebar yg dapat membahayakan konstruksi jalan, sanggup meningkat bahanya dalam waktu curah hujan lebih berdasarkan 25 mm per jam.
2. Sekat Air (water-bar), Drainase & Bak Penampung
Sistem ini ditempatkan pada wilayah yang curam yang dibentuk pada permukaan jalan melintang menuju lereng lembah, yang dapat mengelirkan air di bagian atas jalan sebelum terjadi pencucian partikel tanah sang aliran pada bagian atas jalan. Dimana hal ini dibentuk dari baja, tembok, kayu atau papan, kayu bulat atau hanya galian tanah saja.
Sistem ini dibutuhkan secara khusus pada jalan yang mempunyai kelerangan lebih berdasarkan lima % & dalam jalan tanpa pelapisan (camber). Oleh karena itu kepentingan supaya sekat air ini bisa bersih dengan sendirinya, memerlukan genre air, maka hendaknya sekat air ini diletakkan pada atas jalan menggunakan kemiringan 6-7 %.
Menurut UNHAS (2009) menyatakan bahwa efektifitas menurut sekat sistem ini tergantung kepada jeda atau spacing dan cara mengerjakan pembersihan (pencucian berdasarkan butiran tanah, daun-daunan, ranting-ranting dan lain sebagainya) dalam rangka menjaga supaya tetap berfungsi sepanjang ketika.
Tiga. Gorong-gorong
Sistem ini memiliki sebutan dengan sub?-base culverts yg bisa dibuat menggunakan kayu maupun pipa beton. Sistem ini dipakai pada aliran arus musiman & aliran yang lebih kecil. Menurut UNHAS (2009) menyatakan bahwa dalam umumnya culvert yang terbentuk menurut kayu keras & tahan lama mempunyai durasi lima-6 tahun, sedangkan yang terbentuk menurut kayu menggunakan zat kimia bahan pengawet, bisa tahan hingga 10 tahun.
4. Drainase Jalan
Pada setiap langkah-langkah yang ramah lingkungan gytan rekayasa praktek menaruh memuaskan & akibatnya air drainase bisa digunakan untuk mencegah erosi yg dipercaya baik sinkron serta bisa mencapai proyek jalan daerah terpencil pada hutan, yang dibandingkan menggunakan apa yg ditemukan di jalan & perpanjangan proyek yg lainnya.
Lima. Jembatan
Sistem yang termasuk bangunan konstruksi diatas sungai yg bisa digunakan sebagai prasarana lalu lintas darat, dengan lingkup melengkapi sistem kemudian lintas ekonomi & transportasi masyarakat. Dimana perencanaan teknis dilaksanakan oleh konsultan pendamping, dibantu sang ketua pelaksana (mandor) dan alternarive desain sesui menggunakan kebutuhan masyarakat.
Adapun 5 jenis jembatan pada antara nya merupakan jembatan bambu, jembatan gantung, jembatan kayu dengan gelagar besi, jembatan kayu menggunakan gelagar kayu, dan jembatan beton.
Penutup
Sistem dasar bangunan air terhadap kegiatan pembukaan wilayah hutan terdiri menurut sistem drainase jalan, sekat air, gorong-gorong, drainase jalan, dan jembatan.
Sekian artikel yang membahas tentang lima Sistem Dasar Bangunan Air terhadap Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), semoga berguna bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber
Universitas Hasanuddin. 2009. Pembukaan Wilayah Hutan & Keteknikan Kehutanan. UNHAS. Makassar.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan