Gambaran Umum Tanaman Balangeran

Balangeran

Botani

Balangeran adalah galat satu jenis tumbuhan yang relatif potensial buat dikembangkan di hutan rawa gambut yang termasuk jenis pohon komersial berhabitat secara berkelompok. Adapun pembagian terstruktur mengenai tumbuhan balangeran (Shorea balangeran) berdasarkan Martawijaya, et al. (1989), sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Theales

Famili : Dipterocarpaceae

Genus : Shorea

Spesies : Shorea balangeran (Korth.) Burck.

Sifat Fisik

Tanaman balangeran dapat tumbuh mencapai tinggi pohon 20-25 centimeter, memiliki btg bebas cabang 15 cm, diamater mencapai 50 cm, biasanya nir masih ada banir. Tanaman balangeran dewasa memiliki kulit luar berwarna merah tua hingga hitam, dengan tebal 1-tiga centimeter, memiliki alur dangkal, kulit nir mengelupas. Apabila dipandang menurut terasnya berwarna coklat-merah atau coklat tua, sedangkan kayu gubal berwarna putih kekuningan atau merah muda, dengan ketebalan dua-5 centimeter. Tekstur kayunya relatif kasar sampai kasar dan merata. Kayunya mempunyai serat lurus, jika diraba pada permukaan kayunya licin & pada beberapa loka terasa lengket karena adanya damar (Suryanto et al., 2012).

Tanaman atau kayu balangeran tergolong kelas bertenaga II dan memiliki berat jenis 0,86. Kayunya tidak mengalami penyusutan saat dikeringkan. Dan termasuk ke pada kelas awet III (I-III) dan tahan terhadap jamur pelapuk. Kegunaan kayu balangeran diantaranya dapat dipakai untuk balok & papan pada bangunan perumahan, jembatan, lunas perahu, bantalan & tiang listrik (Suryanto et al., 2012).

Ekofisologis

Daerah persebaran jenis tumbuhan balangeran ini terdiri dari pulau Sumatera dan Kalimantan. Persebaran pada Sumatera terdapat di Sumatera Selatan yaitu Bangka Belitung, sedangkan pada pulau Kalimantan masih ada pada Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Nama daerah di setiap daerah tidak selaras, di Kalimantan dikenal menggunakan nama balangeran, kahoi, dan kawi, sedangkan di Sumatera dikenal menggunakan nama balangeran, belangir, dan melangir (Suryanto et al., 2012).

Tanaman balangeran tersebar dalam hutan primer tropis basah yg tergenang air, pada wilayah rawa atau di pinggir sungai, pada tanah liat berpasir, tanah liat dengan tipe curah hujan A-B pada ketinggian 0-100 m dpl. Tanaman balangeran bisa dilakukan menggunakan permudaan protesis melalui menanam bibit yang tingginya 30-50 cm menggunakan penanaman di dalam janur dengan lebar dua-tiga m yg telah dibersihkan. Jarak tanam tiga m menggunakan jarak antar jalur 5-6 m. Pada tumbuhan muda memerlukan pemeliharaan selama 4-5 tahun. Ketika dewasa memerlukan syarat cahaya penuh, sebagai akibatnya dibutuhkan pemeliharaan menggunakan membuka ruang tumbuh (Hyne, 1987).

Musim berbunga & berbuah nir terjadi setiap tahun. Musim berbuah sangat ditentukan oleh keadaan setempat. Biasanya butir masak tak jarang bersamaan dengan keluarga Dipterocarpaceae yaitu bulan Febuari, April sampai Juni. Buah balangeran tergolong cepat berkecambah, dan hanya dapat disimpan selama 12 hari pada pada wadah yg diberi arang basah (Suryanto et al., 2012).

Ciri Umum

Adapun ciri-karakteristik tumbuhan balangeran ini adalah (Martawijaya, et al,. 1989) :

  1. Warna kayu teras berwarna coklat-merah atau coklat tua. Kayu gubal berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda, tebal 2-5 cm dan tidak sulit dibedakan dari kayu teras.
  2. Tekstur kayu agak kasar sampai kasar dan merata.
  3. Arah serat lurus agak berpadu.
  4. Kesan raba, permukaan kayu licin dan pada beberapa tempat terasa lengket karena damar.
  5. Kilap, permukaan kayu agak kusam sampai mengkilap.

Sifat fisis (Martawijaya, et al,. 1989)

Berat jenis 0,73-0,98 dan kelas bertenaga II-I.

Sifat Kimia (Martawijaya, et al,. 1989)

Kadar selulosa (55,3%), lignin (31,2%), pentosan (10,7%). Kelarutan Alkohol-benzena (tiga,lima%), air dingin (1,lima%), & air panas (2,1%), NaOH 1% (11,4%). Dan nilai kalor (4.701 cal/g).

Sumber :

Hyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta

Martawijaya, et al,. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II.

Suryanto et al,. 2012. Budidaya Shorea balangeran pada Lahan Gambut. Balai Penelitian Kehutanan Bajarbaru. Banjarbaru.

Iklan Relaterd

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel