Formasi Hutan di Indonesia
Ekosistem hutan adalah interaksi timbal kembali antar mahluk hidup yang sangat kompleks, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya membutuhkan sinar mentari untuk memproses kuliner yang diambil dari udara, air dan mineral berdasarkan pada tanah.
Tanaman memberi makan dalam beberapa binatang tertentu. Binatang pemakan tumbuhan ini dimakan sang hewan pemangsa daging. Tanaman dan binatang yg mangkat diurai oleh bakteri dan organisme lainnya misalnya protosoa & fungi. Proses ini mengembalikan mineral ke dalam tanah, yg bisa dipakai lagi sang flora buat berfotosintesis.
Formasi ekosistem hutan merupakan tipe atau bentuk susunan ekosistem hutan yang terjadi akibat efek faktor lingkungan yg secara umum dikuasai terhadap pembentukan & perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan. Adanya pengelompokan perpaduan hutan didasari sang paham mengenai titik puncak, yaitu komunitas akhir yang terjadi selama proses suksesi.
Berdasarkan adanya faktor lingkungan yang mempunyai efek lebih banyak didominasi terhadap bentuk komunitas atau ekosistem hutan, maka ekosistem hutan dikelompokkan ke dalam 2 formasi, yaitu :
1. Formasi Edafis
Formasi edafis merupakan suatu perpaduan hutan yang dalam pembentukannya sangat ditentukan oleh keadaan tanah, misalnya sift-sifat ekamatra, sifat-sifat kimia, dan sifat hayati tanah. Adapun jenis hutan yg dipengaruhi oleh perpaduan ini merupakan menjadi berikut (Dokumentasi Indonesia. Com, 2019) :
- Hutan Payau (Mangrove) dengan ciri umumnya sebagai berikut : tidak terpengaruh iklim, terpengaruh pasang surut, tanah tergenang air, tanah lumpur atau pasir, tanah rendah pantai, hutan tidak mempunyai strata tajuk, tinggi pohon dapat mencapai 30 m, dan tumbuh di pantai merupakan jalur.
- Hutan Rawa (Swawp forest) dengan ciri umum antara lain tidak terpengaruh ilkim, tanah tergenang air tawar, umumnya terdapat di belakang hutan payau, tanah rendah, tajuk terdiri dari beberapa strata, pohon dapat mencapai tinggi 50-60 m, dan terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
- Hutan Pantai (Coastal forest) dengan ciri umum antara lain tidak terpengaruh iklim, tanah kering, tanah rendah, pohon kadang-kadang ditumbuhi epyhit, dan terdapat di pantai selatan P. Jawa, pantai barat daya Sumatera dan Panatai Sulawesi.
Formasi klimatis merupakan deretan hutan yg pada pembentukannya sangat ditentukan oleh unsur-unsur iklim misalnya temperatur, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan angin. Adapun jenis hutan yg dipengaruhi sang perpaduan ini merupakan sebagai berikut (Jhuan, 2015) :
- Hutan Gambut (peat swawp forest) dengan ciri antara lain iklim selalu basah, tanah tergenang air gambut dengan lapisan gambut 1-20 m, tanah rendah rata, dan terdapat di Kalimantan Barat dan Tengah, Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi.
- Hutan Karangas (heath forest) dengan ciri antara lain iklim selalu basah, tanah pasir, tanah rendah rata, dan terdapat di Kalimantan Tengah.
- Hutan Hujan Tropik (tropical rain forest) dengan ciri antara lain iklim basa, tanah kering, bermacam-macam jenis tanah, dan terdapat Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
- Hutan Musim (monsoon forset) dengan ciri antara lain iklim musim, tanah kering, bermacam-macam jenis tanah, dan terdapat di Jawa dan Nusa Tenggara.
Formasi ekosistem hutan merupakan tipe atau susunan ekosistem hutan yg terjadi akibat efek faktor lingkungan yang lebih banyak didominasi terhadap pembentukan komunitas pada ekosisitem hutan. Formasi hutan di Indonesia dibagi atas 2, yaitu formasi edafis dan klimatis.
Sekian artikel yang membahas mengenai deretan hutan di Indonesia, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber :
Dokumentasi Indonesia. Com. Https://dokumen.Tips/documents/gugusan-hutan-pada indonesia.Html (diakses pada lepas 12 Desember 2018)
Jhuan, Jonathan. 2015. Formasi Ekosistem Hutan. Http : // jonathantainaes. Blogspot. Com/2015/12/gugusan-ekosistem-hutan. Html (diakses pada tanggal 12 Desember 2018)