Jenis dan Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan Hutan
Sebelum ke topik artikel ini, kita perlu memahami misalnya apa sih sejarah perkerasan jalan? Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan menggunakan sejarah umat manusia itu sendiri yang selalu berhasrat buat mencari kebutuhan hayati dan berkomunikasi dengan sesama. Oleh sebab itu perkembangan jalan saling berkaitan menggunakan perkembangan umat insan.
Awalnya jalan hanyalah berupa jejak insan yg mencari kebutuhan hayati juga sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejak itu berubah sebagai jalan setapak. Adanya pemanfaatan hewa-hewan sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat homogen, lalu diperkeras pertama kali ditemukan di Mesopotania berkaitan menggunakan ditemukannya roda lebih kurang 3500 tahan sebelum masehi (UNHAS, 2009).
Jenis Konstruksi Perkerasan
Dari penjelasan sejarah diatas, jalan pun dibentuk dengan aspal atau memperkeras jalan itu sendiri. Berdasarkan hal itu ada beberapa jenis konstruksi perkerasan (UNHAS, 2009) sebagai berikut:
- Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan jenis konstruksi yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat yang lapisannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
- Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) merupakan jenis konstruksi menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat, dimana bebab lalu lintas sebagain besar dipikul oleh pelat beton.
- Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement) merupakan jenis konstruksi menggunakan kombinasi konstruksi perkerasan lentur dengan kaku.
Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur
Untuk mengetahui bahwa jalan hutan yang dibangun nir berbahaya pada si pemakai jalan, maka adapun kriteria yang wajib dipenuhi pada membangun konstruksi perkerasan terdiri berdasarkan dua kelompok (UNHAS, 2009) sebagai berikut:
1. Syarat-kondisi berlalu lintas
Adapun kondisi-syaratnya (UNHAS, 2009) diantaranya:
- Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.
- Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya.
- Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip.
- Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.
Dua. Syarat-syarat kekuatan atau struktural
Adapun kondisi-syaratnya (UNHAS, 2009) diantaranya:
- Ketebalan cukup, hingga mampu menyebarkan beban atau muatan lalu lintas ke tanah dasar.
- Kedap terhadap air, hingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.
- Permukaan mudah mengalirkan air, hingga air hujan dapat cepat dialirkan.
- Kelakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.
Berdasarkan ke-2 grup kriteria diatas dapat dipenuhi melalui tiga perencanaan dan pelaksanaan perkerasan lentur jalan (UNHAS, 2009) menjadi berikut.
1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan
Perencanaan & aplikasi ini memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban kemudian lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yg dipilih, dapat dipengaruhi tebal masing-masing lapisan menurut beberapa metode yg berlaku.
Dua. Analisa campuran bahan
Perencanaan & pelaksaan ini memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakan suatu susunan adonan eksklusif sebagai akibatnya terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yg dipilih.
Tiga. Pengawasan aplikasi pekerjaan
Perencanaan & pelaksaan ini dilakukan menggunakan cermat berdasarkan termin penyiapan lokasi & material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya dalam tahap penadatan & pemeliharaan akan membuat hasil lapisan perkerasan yang baik.
Penutup
Sekian artikel yang membahas mengenai Jenis & Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan Hutan, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber
Universitas Hasanuddin. 2009. Pembukaan Wilayah Hutan dan Keteknikan Kehutanan. UNHAS. Makassar.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan