Cara, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Proses Pengeringan Kayu secara Buatan

buatan

Pengeringan adalah proses perpindahan atau pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air eksklusif. Pengeringan kayu mempunyai 6 tujuan (Kasmudjo, 2010) sebagai berikut:

  1. Agar kayu menjadi lebih ringan. Dengan kayu yang lebih ringan kapasitas pemindahan atau pengankutannya akan lebih banyak, sehingga menghemat waktu dan biaya.
  2. Supaya sifat-sifat kayu menjadi lebih baik, antara lain kekuatannya dapat lebih meningkat.
  3. Supaya kayu lebih stabil dan minima mengalami perubahan dimensi kayu. Perubahan dimensi yang besar dapat menurunkan kualitas kayu.
  4. Agar kayu lebih terhindar dari serangan jamur, cendawan, dan lain-lain serangga perusak kayu.
  5. Agar kayu lebih mudah direkat, kayu yang kering porinya relatif terbuka (lebih kosong) sehingga perekat mudah mengisinya dan kemudian mengeras.
  6. Agar kayu lebih mudah diawetkan.

Kasmudjo (2010) menyatakan bahwa ada dua cara pengeringan kayu yaitu pengeringan alami pada udara terbuka (air seasoning) dan pengeringan buatan atau pnegeringan dalam tanur (dry kiln). Pengeringan secara buatan pada prinsipnya mengambil proses pengeringan alami (Siska, 2020).

Dimana sistem pengeringan buatan meniru sistem pengeringan secara alami tetapi tidak tergantung pada kondisi cuaca. Akan tetapi, kondisi iklim pada pengeringan buatan dilakukan pada suatu ruang yang dikendalikan melalui mesin pengendali oven (kiln controler).

Kasmudjo (2010) menyatakan bahwa terdapat tiga cara pengeringan kayu secara protesis, menjadi berikut:

1. Pengeringan dengan kipas (fan)

Cara pengeringan buatan ini adalah cara yg paling sederhana lantaran dalam ruang pengeringan hanya dilengkapi dengan kipas untuk mengatur peredaran udara. Dengan cara ini saat pengeringan masih relatif lama da kemungkinan adanya cacat lantaran serangan jamur & cendawan masih nisbi poly.

Dua. Pengeringan menggunakan Suhu Rendah

Cara pengeringan protesis ini adalah cara pengeringan yg hanya mengendalikan sebagian faktor luar didalam ruang pengeringannya. Misalnya pengeringan tipe green house, pengeringan tipe kolektor panas, pengeringan tipe de-humifikasi, & pengeringan menggunakan uap suhu rendah.

3. Pengeringan dengan Tanur Pengering (dry kiln)

Cara pengeringan protesis ini merupakan cara pengeringan yang paling memadai karena ruang pengeringan yg dipakai telah dilengkapi dengan perlengkapan pengendalian suhu, kelembaban, & genre udara yang bisa dioperasikan semenjak awal hingga dengan pengeringan mencapai kadar air yg diinginkan.

Siska (2020) menyatakan bahwa ada empat termin aplikasi dalam pengeringan kayu secara protesis, menjadi berikut:

1. Penyediaan indera

Penyediaan alat merupakan tahapan pertama untuk menyedia alat berupa alat pengukuran kada air kayu (Hydrometr) untuk mengetahui kadar air kayu, alat termometer kering (dry bulb temperature), alat termometer basah (wet bulb temperature), alat termometer kelembapan (relative humiditv), oven untuk proses pengeringan kayu, dan lain sebagainya.

Dua. Penumpukan/penyusunan kayu

Penumpukan kayu adalah tahapan dengan syarat multak bahwa pondasi dan lantai kiln wajib bertenaga dan datar, agar tidak mensugesti kerusakan kayu & tumpukan kayu secara keseluruhan.

3. Contoh kayu pengamatan

Contoh kayu pengamatan merupakan tahapan yg bertujuan buat dapat mewakili kelompoknya, lantaran kayu pengamatan bertujuan buat menentukan langkah-langkah perubahan kondisi pengeringan.

4. Pengawasan proses pengeringan

Pengawasan proses pengeringan terbagai atas dua bagian yaitu penggunaan jawdal pengeringan & pencatatan jalannya pengeringan. Penggunaan jawdal merupakan kegiatan supervisi dengan adanya daftar yg memuat termin-tahap perubahan suhu dan kelembaban udara pada proses pengeringan menurut kadar air kayu. Kemudian pencatatan jalannya pengeringan merupakan aktivitas supervisi yg bertujuan untuk mengawasi output pengeringan dan menjadi tindakan penyesuaian jawdal.

Pengeringan kayu secara protesis dibedakan sebagai enam tahapan proses (Siska, 2020), menjadi berikut:

1. Tahap pemanasan awal (preheating)

Proses pemanasan awal bertujuan untuk penyamaan kadar air kayu agar dapat diproses pada tahapan proses pengeringan yang sama serta menghilangkan tegangan-tegangan dalam kayu selama kayu ditimbun atau dikeringkan alami. Proses ini berlangsung selama dua-12 jam, tergantung jenis dan tebal kayu.

2. Tahap pengeringan sampai titik jenuh serat (drying down to fibre saturation point)

Proses ini bertujuan buat mengeluarkan kandungan air bebas berdasarkan pada kayu hingga kayu mencapai titik jenuh serat dan menghindarkan keluarnya zat ekstraktif yg dapat mengganti warna kayu.

3. Tahap pengeringan dari titik jenuh serat sampai kadar air akhir (drying down from FSP to final moisture content)

Proses ini bertujuan buat mengeluarkan kandungan air terikat dalam dinding sel kayu hingga kayu dapat dikeringkan sinkron dengan kebutuhan & menghindarkan cacat-cacat akiba perubahan bentuk atau pecah-pecah.

4. Pengkondisian pada kadar air akhir (condition at FMC)

Proses ini adalah proses penurunan sedikit persentase kadar air kayu dibawah target yg ditetapkan menggunakan cara sedikit menaikan temperatur dan mengendalikan kelembaban nisbi sedikit kemarau.

Lima. Penyamaan atau pemerataan kadar air kayu

Proses ini merupakan proses menggunakan penyemprotan air ke pada panggang sehingga bagian atas kayu sebagai basah yg bertujuan buat menghilangkan tegangan pada kayu dampak kurang meratanya kadar air pada pemukaan kayu.

6. Tahap pendingin dan pembongkaran kayu (cooling down end discharge of timber stack)

Proses ini adalah proses penurunan perlahan-lahan dan penjagaan ketetapan aliran udara pada oven.

Sumber

Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.

Siska, G. 2020. Pengeringan Kayu secara Buatan. UPR. Palangka Raya.

Salam Lestari,

Lamboris_Pane

Iklan Relaterd

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel