4 Tanaman Sebagai Penghasil Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah suatu zat yg berbau spesial yang terkandung dalam tumbuhan. Minyak atsiri ini gampang menguap karena mempunyai senyawa eter, sehingga minyak ini dapat dianggap menggunakan minyak terbang.
Minyak atsiri diperoleh berdasarkan keluarga Pinaceae, Labiatea, Compositae, Lauraceae, Rutaceae, Zingbereceae, Umbelliferae, & Myrtaceae. Minyak atsiri ini jua diklaim menggunakan minyak menguap (volatile oil), minyak eteris (ethereal oil) dan minyak esensial (essential oil). Salah satu flora produsen minyak atsiri adalah tanaman kayu anggun.
1. Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh adalah flora tahunan yg bisa tumbuh menggunakan tinggi 10-20 m. Tanaman cengkeh ini memiliki cabang-cabang yang dalam umumnya panjang dan dipenuhi sang ranting-ranting mini yang gampang patah.
Tanaman cengkeh memiliki daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung & panggkalnya menyudut. Daun cengkeh ini mejemuk karena dalam satu bunda tangkai ranting daun dengan tangkai pendek serta berdahan.
Adapun pembagian terstruktur mengenai Tanaman cengkeh, menjadi berikut.
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Merr dan Perry
Daun cengkeh diketahui menjadi keliru satu produsen senyawa metabolik sekunder yang bisa diketahui menjadi galat satu pembuat senyawa metabolik sekunder yang bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Dimana senyawa-senyawa yang terdapat di daun cengkeh berperan aktif pada merusak pertumbuhan mikrooganisme misalnya senyawa eugenol dan eugenol asetat.
Eugenol berperan aktif pada mengambat pertumbuhan koloni, sporulasi, pigmentasi, dan pertumbuhan spora abnormal berdasarkan fusarium oxysporum.
Minyak cengkeh berasal dari 3 asal yaitu, minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), & minyak bunga cengkeh (clove bud oil).
Minyak cengkeh atau minyak cengkih adalah minyak atsiri yang dihasilkan menurut penyulingan bagian flora cengkeh, terutama daun dan bunga cengkeh. Minyak cengkeh ini banyak mengandung zat diantaranya, antibiotik, anti virus, anti fungi, & antiseptik.
Minyak daun cengkeh memiliki cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yg pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Akan namun warnanya bisa berubah menjadi coklat atau berwana unggu ketika terjadi hubungan dengan besi atau dampak penyimpanan.
Sifat-sifat dari senyawa eugenol pada minyak cengkeh ialah mempunyai titik didih sebesar 253 derajat C, berat jenis sebanyak 1,06, indeks bias sebanyak 1,533 & titik nyata 110 derajat C.
2. Tanaman Nilam
Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tumbuhan pembuat minyak atsiri yang menaruh donasi penting dalam global flavour & fragrance terutama buat industri parfum & aroma terapi. Menurut Grieve (2002) menyatakan bahwa tanaman nilam ini asal menurut daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia, Filipina, & India.
Tanaman nilam tumbuh di daratan rendah sampai sedang (0-700 m dpl) mempunyai kadar minyaknya lebih tinggi dibandingkan dengan nilam yang tumbuh di darata yang tinggi (>700 m dpl) (Irawan, 2010).
Tanaman nilam sangat peka terhadap kekeringan, kemarau panjang selesainya panen dapat menyebabkan tanaman mati. Sehingga flora ini dapat tumbuh di banyak sekali jenis tanah diantaranya, andosol, latosol, regosol, podsolik, & kambisol. Akan tetapi disarankan tumbuhan nilam pada tanam pada tanah yg gembur dan banyak mengandung humus.
Tanaman nilam ini dapat membentuk produk minyak atsiri nilam. Dimana minyak nilam ini berwarna kuning jernih & berbau spesial yg mengandung senyawa patchouli alcohol yang merupakan penyusun primer pada minyak nilam dan kadarnya mencapai 50-60% (Irawan, 2010).
Patchouli alcohol merupakan senyawa seskuiterpen alkohol terseier trisklik, tidak larut dalam air, larut pada alkohol, eter atau pelarut organik yang lain mempunyai titik didih 280,37 derajat C dan kristal yg terbentuk memiliki titik leleh 56 derajat C.
Menurut Irawan (2020) menyatakan bahwa selain senyawa Patchouli alcohol yg terdapat pada minyak nilam, ada jua komponen minor lainnya yang bersifat asam & netral, contohnya senyawa dua-naftelenkarboksilat.
Minyak nilam bisa diperoleh berdasarkan bagian flora nilam, yaitu batang daun dan akar. Dimana pada pengambilan minyak nilam berdasarkan batang & daun memakai metode ekstraksi destilasi sebagai pelarut digunakan campuran normal heksana dan benzena. Menurut Irawan (2010) menyatakan bahwa banyaknya batang berpengaruh pada kualitas minyak nilam, sedangkan komposisi pelarut dan lamanya saat mensugesti besarnya rendemen.
Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh keadaan tanah tempat tanaman itu tumbuh, umur, daun, cara pemotongan, pengeringan, teknik pemrosesan, kemasaman, & varietas flora (Nainggolan, 2002).
Minyak nilam ini bisa dicampur menggunakan minyak eteris yang lain, gampang larut dalam alkohol dan sukar menguap. Hal ini ditimbulkan bahwa sifat minyak nilam dipakai menjadi fiksatif atau pengikat bahan-bahan penwangi lain.
Adapun sifat ekamatra & kimia minyak atsiri nilam dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) 1991, menjadi berikut.
- Bobot jenis dengan suhu 20 derajat C (0,943-0,983)
- Indeks bias dengan suhu 25 derajat C (1,504-1,520)
- Putaran optik (-47 sampai dengan -66)
- Bilangan asam (<5)
- Bilangan ester (<10)
- Kelarutan dalam alkohol 90% (Larut jernih dalam segala perbandingan)
- Minyak lemak (negatif)
- Minyak keruing (negatif, tidak nyata)
- Warna (Kuning muda-coklat tua)
tiga. Tanaman Kayu Manis
Kayu cantik adalah galat satu jenis rempah-rempah yang poly ditemukan pada daerah Indonesia. Komoditi ini umumnya dijual dalam bentuk kulit kayu yg telah dikeringkan & dapat dipakai menjadi bahan rempah-rempah dan bumbu kuliner.
Menurut Solehudin (2001) terdapat tiga tipe kayu anggun, menjadi berikut.
- Kayu manis Cetlon, merupakan tipe kayu manis dengan kulit bagian dalam yang kering dari tanaman Cinnamomum zeylanicum.
- Kayu manis Saigon, merupakan tipe kayu manis yang memiliki ketinggian sedang dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan tidak untuk penyulingan minyak secara komersial.
- Kayu manis Cassia, merupakan tipe kayu manis yang tumbuh setengah liar dan dibudidayakan di Cina bagian Tenggara.
Tanaman kayu anggun yg dikembangkan secara kultural di Indonesia adalah Cinnamomum burmanii, yang berpusat pada Sumatera Barat, & Cinnamomum zaylanicum.
Cinnamomum burmanii dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis yg memiliki pucuk daunmerah & jenis yang berpucuk daun hijau. Dimana daun berpucuk daun merah membuat kaulit yang labih baik mutunya, tetapi jumlah produknya lebih rendah dibandingkan menggunakan jenis berpucuk daun hijau (Muhammad, 1973).
Komposisi kimia kayu cantik ini terdapat pada bagian kulit pada kondisi kemarau yg bermutu baik dalam biasanya mengandung minyak atsiri, pati, getah, resin, fixed oil, tanin, selulosa, zat rona, kalium oksalat dan mineral.
Minyak kayu anggun bisa diperoleh menurut proses ekstraksi sebagai berikut.
A. Esktraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut ini merupakan proses memakai ekstraksi terpisah menggunakan trunel pemisah & pencampur. Dalam proses ini pelarut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup polar & non polar. Dimana grup non polar nir memiliki potensial elektrik dalam molekulnya, sedangkan dalam grup polar memiliki potensial elektrik pada molekulnya (Mellan, 1950).
B. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah proses eksraksi memakai jalur vakum tinggi & destilasi air. Dalam proses ini mempunyai laba yaitu membuat komponen flavor volatil dan unsur makanan utama non volatil. Sehingga komponen aroma yang dihasilkan harus senyawa volatil yang memberikan kontribusi pada bau (Reineccius, 1994).
Menurut Moyler (1991) menyatakan bahwa ekstraksi kulit kayu anggun dengan menggunakan destilasi uap akan membentuk minyak kayu anggun sedangkan ekstraksi dengan memakai pelarut akan membentuk oleoresin. Dimana ke 2 produk ini sangat diperlukan pada industri pangan terutama industri es krim, permen, roti, & biskuit yg digunakan sebagai pengganti katu cantik utuh karena kemudahan pada penggunaan dan keseragaman aroma yang dihasilkannya.
4. Tanaman Kayu Putih
Minyak atsiri kayu putih atau acapkali disebut dengan Cajuput oil. Cajuput oil mempunyai kemiripan dengan eukaliptus-flavor atau minyak essensial yg banyak digunakan dalam pembuatan permen-permen ternyata jua dimanfaatkan menjadi keliru satu komponen pada pembuatan produk konfeksioneri (Halimah, 1997).
Cajuput oil digunakan sebagai pembuatan produk konfeksioneri yang memberikan nilai tambah pada produk menggunakan kandungan senyawa-senyawa yang sanggup menghangatkan tubuh. Cajuput oil mempunyai kandungan senyawa-senyawa mikroba. Menurut Dharma (1985) bahwa minyak kayu putih/cajuput oil adalah obat luar buat sakit mulas, sakit kepala, sakit gigi, sakit indera pendengaran, kejang dan kaku pada kaki, aneka macam jenis nyeri, luka bakar dan dapat digunakan sebagai obat pada (internal).
Minyak atsiri kayu putih bisa diperoleh melalui proses penyulingan. Daun yg dipakai adalah daun tanaman muda (nir lebih menurut 6 bulan) karena kandungan minyaknya lebih tinggi. Minyak ini bersifat mudah menguap dan memiliki bau khas. Minyak ini acapkali dipalsukan melalui penambahan minyak tanah & bensin (Nurramdhan, 2010).
Utomo & Mujiburohman (2018) menyatakan bahwa minyak atsiri kayu putih menggunakan daun kering juga basah semakin usang waktu penyulingan maka volume minyak yg diperoleh jua semakin poly. Hal ini terjadi dampak adanya jumlah minyak yg terlarut dalam pelarut yg dipakai (air) pada dasarnya tergantung pada nilai kelarutan minyak atsiri kayu putih dalam air, yang ditandai menggunakan nir terjadinya perubahan volume minyak meski lamanya saat penyulingan ditambah.
Daun kering dapat menghasilkan volume lebih akbar daripada daun segar. Hal ini disebabkan kandungan air yg berada dalam daun segar yang bisa menghalangi difusi minyak yg tergandung dalam daun kayu putih ke pelarut (uap air) sebagai akibatnya minyak yg terkandung nir terambil secara aporisma. Sedangkan daun kering tidak poly mengandung air sehingga selesainya dipotong & didestilasi minyak kayu putih bisa terambil secara aporisma.
Kualitas minyak atsiri kayu putih yang cantik ditandai dengan warna kuning belia dan beraroma spesial minyak kayu putih. Kualitas minyak atsiri kayu putih ini juga bisa diperhatikan banyaknya hasil rendemennya.
Menurut Utomo dan Mujiburohman (2018) menyatakan bahwa variabel daun segar menghasilkan rendemen minyak kayu putih yang sedikit (0,15-0,20%) dibandingkan menggunakan variabel daun kemarau (0,50-0,79%) yg diperoleh menggunakan operasi optimum pada suhu 1000C dengan ketika destilasi lima jam.
Nurramdhan (2010) menyatakan bahwa warna minyak kayu putih adalah hijau bening, yg ditimbulkan adanya tembaga berdasarkan ketel-ketel penyulingan miinyak kayu putih & senyawa organik yg kemungkinan adalah klorofil. Untuk memisahkan senyawa tembaga bisa memakai larutan asam tartarat pekat. Tetapi jika rona hijau tersebut ditimbulkan sang klorofil atau bahan organik, maka minyak bisa dipucatkan menggunakan menggunakan karbon aktif. Proses rektifikasi dapat mengeliminasi rona yang tidak dilakukan pada daerah-daerah produksi.
Petani atau pedagang perantara menciptakan minyak atsiri kayu putih yang kadang-kadang dicampur dengan asam lemak atau menggunakan kerosen. Bau minyak kayu putih sedemikian kerasnya sehingga waktu dilakukan penambahan kerosen atau asam lemak, minyak kayu putih tadi tidak memperlihatkan perubahan bau.
Pengujian sederhana pedagang pribumi memakai cara mengocok minyak atsiri kayu putih didalam botol. Apabila membangun busa & gelombang-gelombang udara yang naik ke bagian atas nir segera hilang, hal ini menandakan bahwa adanya penambahan kerosen atau bensin kedalamnya (Nurramdhan, 2010).
Kandungan aroma yg berbentuk dari hijau daun (chlorophly) dimana unsur kandungan tersebut manunggal dengan glukosa yg menciptakan glukosida yang disalurkan ke seluruh tubuh tanaman . Tumbuhan akan membentuk zat penawar (enzim) yang menyerbu glukosida sehingga menyebabkan terciptanya minyak atsiri.
Penutup
Sekian artikel yang membahas tentang 4 Tanaman Sebagai Penghasil Minyak Atsiri, semoga berguna bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber
Dharma, A. P. 1985. Tanaman Obat Tradional Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Grieve, M. 2002. Modern Herbal Patchouli. Www. Botanical. Com.
Halimah. 1997. Pembuatan Cajuput Candy sebagai keliru Satu Alternatif Produk Konfeksioneri Khas Indonesia. [Skripsi]. IPB. Bogor.
Irawan, B. 2010 Peningkatan Mutu Minyak Nilam menggunakan Ekstraksi & Destilasi dalam aneka macam Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro. Semarang.
Mellan, I. 1950. Industrial Solvent. Reinhold Publ. Co., New York.
Moyler, D. A. 1991. Oleoresin, Tinctures and Extracts. Di dlam Ashurts, P. R. Food Flavoring. Blackie and Sons Ltd. London.
Muhammad. 1973. Pedoman Bercocok Taman Kayu Manis (Cinnamomum sp.) Circular No. 27. Lembaga Penelitian Tanaman Industri. Bogor.
Nainggolan, R. 2002. Pemisahan Komponen Minyak Nilam (Pongostemon cablin Benth) dengan teknik Distilasi Fraksinasi Vakum. IPB. Bogor.
Nurramdhan, I. F. 2010. Daya Hambat Minyak Kayu Putih dan Komponen Penyusun Flavor Cajuput Candy terhadap Akumulasi Biofilm Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus secara In Vitro. [Skripsi]. IPB. Bogor.
Reineccius. 1994. Sourece Book Flavors. Chapman and Hall. New York.
Utomo, D. B. G & Mujiburihman, M. 2018. Pengaruh Kondisi Daun & Waktu Penyulingan terhadap Rendemen Minyak Kayu Putih. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Widiyanto,A. & Siarudin M. 2013. Karakteristik Daun dan Rendemen Minyak Atsiri Lima Jenis Tumbuhan Kayu Putih. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Ciamis-Banjar.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan