3 Jenis Produk Hasil Hutan
Pada biasanya produk yang poly diproduksi dalam lingkup hutan yaitu kayu. Karena hutan terdiri atau lebih dominan vegetasinya berupa pohon. Akan tetapi hutan ini pula sanggup menaruh berbagai produk hasil hutan bukan kayu. Pada kesempatan ini kita akan membahas jenis produk hasil hutan baik baik hasil hutan kayu dan output hutan bukan kayu.
1. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah suatu zat yang berbau khas yang terkandung dalam flora. Minyak atsiri diperoleh berdasarkan famili Pinaceae, Labiatea, Compositae, Lauraceae, Rutaceae, Zingbereceae, Umbelliferae, & Myrtaceae.
Minyak atsiri ini pula disebut menggunakan minyak menguap (volatile oil), minyak eteris (ethereal oil) & minyak esensial (essential oil). Minyak atsiri umumnya tidak berwarna dalam keadaan segar dan murni tetapi dalam penyimpanan usang warnanya berubah sebagai lebih gelap karena oksidasi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri dalam tanaman masih ada pada banyak sekali jaringan, seperti di pada rambut kelenjar (pada paku Labiatae), di pada sel-sel parenkim (pada suku Zingberaceae dan Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada suku Myrtaceae, Pinaceae, & Rutaceae) pada dalam saluran minyak dalam suku Umbelliferae (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri pada tumbuhan berperan sebagai pengusir serangga pemakan daun. Sebaliknya minyak atsiri dapat berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu proses penyerbukan & menjadi candangan makanan.
Minyak astiri memiliki disparitas komposisi yang ditimbulkan perbedaan jenis tumbuhan penghasil, syarat iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yg dipakai dan cara penyimpanan minyak (Sasrohamidjojo, 2004). Minyak atsiri sebagian besar terdiri menurut senyawa terpena, yaitu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isopren.
Minyak atsiri umumnya teridiri berdasarkan banyak sekali campuran persenyawaan kimia yg terbentuk berdasarkan unsur karbon, hidrogen, & oksingen, dan beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen & belerang (Guenther, 1948).
Mutu minyak atsiri ditentukan sang beberapa faktor, mulai berdasarkan pemilihan varietas, syarat bahan standar, peralatan, metode penyulingan, serta cara penyimpanan produk. Jika semua persyaratan tadi nir terpenuhi, hasil menurut produk minyak astiri yg didapat tidak akan terpenuhi (Guenther, 1948).
Sifat-sifat minyak atsiri salah satunya mempunyai bau khas, umumnya bau ini mewakili bau flora asalnya. Bau minyak atsiri satu menggunakan yg lain bhineka, sangat tergantung menurut macam dan intensitas bau berdasarkan masing-masing komponen penyusun. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, menaruh kesan hangat hingga panas, atau justru dingin saat hingga kulit, tergantung menurut jenis komponen penyusunnya.
Dalam keadaan murni (belum terkotori sang senyawa-senyawa lain) gampang menguap pada suhu kamar sebagai akibatnya jika diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, nir meninggalkan bekas noda dalam kertas yg ditempel. Pada umumnya tidak dapat tercampur dengan air, namun relatif dapat larut hingga bisa memberikan baunya pada air walaupun kelarutannya sangat kecil & sangat mudah larut pada pelarut organik (Gunawan & Mulyani, 2004).
Dua. Pelet Kayu
Pelet kayu adalah jenis bahan bakar padat berbasis limbah biomassa yang memiliki ukuran lebih kecil dari briket (Windarwari, 2011). Bahan tambahan perekat tapioka dan sagu merupakan bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pelet kayu karena mudah didapat, harganya relatif murah dan dapat menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi serta tidak membahayakan dalam penggunaanya.
Penggunaan perekat nir melebihi 5% lantaran semakin besar penambahan perekat, maka akan menyebabkan bertambahnya kadar air dalam pelet kayu. Hal ini akan mengurangi nilai pembakaran pelet kayu.
Pelet adalah galat satu bentuk biomassa, yg diproduksi pertama kali pada Swedia pada tahun 1980-an. Pelet bisa digunakan sebagai pemanas ruang buat ruang skala kecil & menengah. Pelet merupakan output pengempaan biomassa yg mempunyai tekanan yang lebih besar bila dibandingkan menggunakan briket dengan massa 60 kg m 3, kadar abu 1% & kadar air kurang berdasarkan 10%.
Biopelet diproduksi oleh suatu alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara terus menerus serta mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan melewati lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu. Proses pembuatan biopelet adalah menggunakan proses densifikasi. Proses densifikasi dilakukan pada bahan berbentuk curah atau memiliki sifat fisik yang tidak beraturan. Terdapat tiga tipe proses densifikasi, antara lain: extruding, briquetting, dan pelleting.
3. Briket Arang
Arang adalah hasil pembakaran bahan yg mengandung karbon yang terbentuk padat & berpori. Sebagian akbar porinya masih tertutup sang hidrogen, ter, & senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air, nitogren, & sulfur. Arang ini dapat dijadikan sebagai briket arang yg digunakan menjadi sumber tenaga cara lain minyak tanah dan kayu bakar yg harganya semakin naik, sebagai akibatnya dapat berhemat pengeluaran porto bulanan (Triono, 2006).
Briket arang dalam pembuatannya membutuhkan arang yg cukup halus. Ukuran bubuk arang bisa berpengaruh terhadap ketenguhan tekan dan kecepatan pembakaran, selain itu ukuran partikel arang yang terlalu besar akan sukar dalam ketika dilakukan perekatan, sehingga mengurangi keteguhan tekan briket arang yg dihasilkan. Sebaiknya bubuk arang yang akan digunakan digiling dan disaring buat memperoleh ukuran 20-40 mesh.
Pencampuran serbuk arang yang lebih halus berdasarkan 40 mesh dapat dilakukan asal proporsinya tidak lebih menurut 30% volume. Perbedaan serbuk arang berpengaruh terhadap ketenguhan tekan & kerapatan briket arang. Dalam hal penggunaan ukuran serbuk arang diperoleh kecendurangan bahwa makin tinggi berukuran bubuk makin tinggi juga kerapatan dan keteguhan tekan briket arang (Nurhayati, 1983).
Arang bisa dibedakan pada tiga jenis yaitu arang hitam yg dibentuk dalam suhu karbonisasi 400-700 0C, arang putih dalam suhu karbonisasi diatas 700 0C & bubuk arang. Arang hitam digunakan dalam pengolahan biji besi, silikon, titanium, magnesium, karbon aktif, bubuk hitam, & karbon disulfida. Arang putih dipakai pada pembuatan karbon bisulfida, natrium sulfida & natrium cyanida. (Triono, 2006).
Penutup
Sekian artikel yang membahas mengenai 3 Jenis Produk Hasil Hutan, semoga berguna bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber :
Armando & Rochim. 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Cetakan I. Penebaran Swadaya. Jakarta.
Guenther, E. 1948. The Essential Oils. Penerjemah : Ketaren, S. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Universitas Indonesia. Jakarta .
Gunawan, D., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Penebar Swadya. Jakarta.
Idris, A. 2014. Analisis Kualitas Minyak Nilam (Pogestemon Cabli Benth) Produksi Kabupaten Buol. Universitas Tadulako. Palu.
Nurhayati, T. 1983. Sifat Arang, Briket Arang beberapa Jenis Kayu menurut Limbah Industri Kayu. Laporan PPPHH/FPRDC. Bogor.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis emini Engl) & Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) menggunakan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L.) IPB. Bogor.
Winata A. 2013. Karakteristik Biopelet menurut Campuran Serbuk Kayu Sengon menggunakan Arang Sekam Padi menjadi Bahan Bakar Alternatif terbarukan. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Windarwari. 2011. Uji Kinerja Rotary Dryer berdasarkan Efisiensi Termal Pengeringan Serbuk Kayu buat Pembuatan Biopelet. Jurnal Teknik Kimia No. Dua, Vol. 21, April 2011.
Author : Lamboris_Pane
Editor : panehutan