3 Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu
Hutan mempunyai nilai ekonomis dan nilai ekologi. Untuk nilai irit ini berupa output hutan kayu & hasil hutan bukan kayu. Pada kesempatan ini kita akan menyelidiki output hutan bukan kayu.
Hasil hutan bukan kayu ini mempunyai banyak sekali jenis hasil produk, diantaranya minyak atsiri, obat-obatan, dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis hasil hutan bukan kayu, menjadi berikut.
1. Daun Ujung Atap
Tumbuhan ini memiliki bentuk misalnya semak-semak dengan tinggi 4-6 m & diameter 11 centimeter. Daunnya harum, bentuknya misalnya jarum, tegak, ukuran 5,5-11,5 mm x 0,4-0,8 mm. Daunnya saling berhadapan, menggerombol dalam setiap ruas. Bunganya berukuran tiga mm, berwarna putih-merah belia.
Tumbuhan ini mengandung 49 senyawa. Tumbuhan ini menghasilkan ekstrak yang menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan senyawa fenolik, terdapat alkaloid dengan jumlah yang signifikan digunakan sebagai antimalaria, analgesik, dan stimulan.
Flavonoid Ujung Atap dimanfaatkan sebagai bahan untuk mencegah pertumbuhan tumor dan melindungi infeksi gastrointestinal (Razmavar et al., 2014). Sedangkan senyawa fenolat digunakan sebagai bahan antioksidan yang baik. Tumbuhan Ujung Atap mempunyai berbagai manfaat, yaitu akarnya digunakan sebagai obat rematik, bijinya sebagai obat demam, daunnya sebagai obat haid tidak teratur, mulas, malaria, penyegar badan, gatal-gatal, dan sakit kepala.
Tumbuhan ini sudah dilakukan aneka macam macam olahan daun dalam bentuk jamu dan bubuk supaya mudah untuk dicampur menggunakan bahan lainnya sebagai penambah khasiat. Ujung Atap gampang dihasilkan karena bentuknya yang cenderung nir lebat tanpa daun yang tumbuh atau daunnya berbentuk jarum.
Tumbuhan ini tersebar dari Asia Tenggara sampai Australia. Di Indonesia sendiri sebarannya terdapata di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung serta Kepuluan Anambas, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Irian Jaya.
Daun Ujung Atap sebagai berpotensi antiinflamasi dan antioksidan lantaran mengandung senyawa flavonoid (Pan et al., 2012), antibakteri terhadap Methicilin Resistant Staphylococus Aerus (Razmavar et al., 2014), Antigout buat mencagah dan mengurangi asam urat karena memiliki senyawa aktif BF6322, Antiokasidan yang kondusif buat diaplikasikan ke bahan kuliner (Navanesan et al., 2015).
2. Pohon Gemor
Gemor merupakan jenis pohon yang familinya Lauraceae menggunakan habitatnya berada di alam rawa gambut. Pohon gemor bisa mencapai ketinggian sebanyak 30 cm, tinggi bebas cabang 20 m, dan diameter btg mencapai 70 centimeter, & tebal kulit mencapai dua cm.
Habitat tegakan pohon gemor ini berada pada tipe iklim A (nilai Q = 0,138), curah hujan 1975-3514 mm/tahun dan suhu berkisar antara 23-32 0 C, dengan intesitas intesitas cahaya tegakan gemor sekiatar 18,9 %. Pada tingkatan semai, anakan gemor memerlukan cahaya lebih relatif berat, tapi lalu memerlukan cahaya lebih banyak menggunakan bertambahnya taraf pertumbuhan.
Pohon gemor tumbuh menggunakan syarat gambut dengan kesuburan tanah sangat rendah menggunakan pH berkisar tiga-4, kondisi KTK yang tinggi kejenuhan basah yg rendah, & kandungan Al dan Fe sangat rendah.
Gemor dimanfaatkan melalui kulitnya sebagai bahan baku obat nyamuk dan bahan baku perekat. Pada bagian serbuk kulit gemor memiliki kandungan kadar 13,10% , alkohol 0,74%, pyrethin 1,80%, resin 5,21%, tanin 1,66% (Zuhely dan Martono, 2003). Pyrethin adalah suatu bahan aktif insektisida yang bermanfaat untuk pemberantasan nyamuk dan dapat digunakan sebagai sumber bahan aktif insektisida alami. Gemor ini juga dapat diamnfaatkan sebagai sebagai bahan baku pengambat aktivitas virus.
Tiga. Tanaman Lengkuas
Lengkuas merupakan tanaman tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,lima meter. Ada 2 jenis lengkuas yg dikenal yaitu varietas menggunakan rimpang berwarna putih & merah. Tanaman ini memiliki akar yg tidak teratur. Pada lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna coklat sedangkan di bagian tangkai yg terbentuk umbi berwarna merah. Bagian pada berwarna putih & apabila dikeringkan menjadi kehijau-hijauan. Lengkuas memiliki btg pohon yg terdiri atas susunan pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas jua muncul dalam bagian ujung flora. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga mempunyai aroma yang spesial (Anonim, 1999).
Tanaman ini dikenal sebagai pembuat bahan pewangi dan penambah flavor masakan. Rimpang yang belia dan segar bisa dimanfaatkan buat mengawetkan masakan. Rimpang lengkuas yg berwarna putih pemanfaatannya banyak digunakan dalam bidang pangan. Rimpang lengkuas selama ini dikenal sebagai pengempuk daging dalam kuliner & dipakai menjadi keliru satu rempah aneka macam jenis bumbu kuliner tradisional Indonesia (Heyne, 1987).
Penutup
Sekian artikel yg membahas mengenai 3 Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu, semoga berguna bagi para pembaca.
"Salam Lestari"
Sumber :
Anonim. 1999. Lengkuas. Www.Iptek.Net.Id/ind/cakra_obat.
Anonim. 2000. Apinia galanga (L). Sw. Www.Plants.Usda.Gov/cgi_bin.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Terjemahan. Balitbang Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Pan, Z. B, Li, F.C Liao, Y.E and Lin, X.S. 2012. Antioxidant Activity and Anti Inflammatory Effect from Baeckea frutescens. China Pharmacost.
Razmavar, Somayeh. 2014. Antibacterial Activity of leaf Extracts of Baeckea frutescens agains Methicillin-Resistent Staphylococus aureus. Hindawi.
S, Budi Purwanto dan Sudin Panjaitan. 2013. Gemor Hasil Hutan Bukan Kayu Potensial di Hutan Rawa Gambut. Badan Peniltian dan Pengembangan Kehutanan. Banjarbaru.
Author : Lamboris_Pane
Editor :panehutan